Minggu, 21 Februari 2016

Untuk Kalian Teman-Sahabatku di Masa Putih Abu-Abu

Hello, there. Tak terasa tiga tahun luar biasa ini akan berakhir. Segala yang dimulai pasti memiliki akhir. Dari awal hingga akhir itu, beberapa diantaranya akan selalu aku ingat. Wajah-wajah yang dulu asing namun kini menjadi teman dekatku, ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan pada kalian.

Saat Pertama Kali Masuk SMA, Kalianlah yang Menjadikanku Sebagai "Aku"

Kita yang masih murid baru terlihat amat lugu. Lidah ini terasa kelu sehingga hanya berkata halo, yang tidak dibumbui dengan basa-basi seperti sekarang ketika kita sudah akrab.
Aku, kamu, dia saling membantu ketika kita sama-sama harus menjalani MOS. Hahaha, kita bahkan belum menunjukan sifat ke"aku"an kita. Malu untuk memulai obrolan hingga hanya senyum terlempar dari kita. Kedekatan pun berlanjut ketika kita berada di kelas yang sama dan memilih bangku yang berdekatan. Kita berbagi cerita dan menertawakan apa saja. Sudut-sudut kelas kita penuhi untuk bercerita. Bahkan tak jarang kita mengagumi senior-senior atau menertawai mereka. Hahaha, seenaknya saja kita. 
Aku juga ingat betapa kita senang bukan kepalang sewaktu ada jam pelajaran kosong karena guru yang tak bisa datang. Kita memanfaatkannya dengan bermain Hp, laptop, menjadikan kelas sebagai bioskop dengan menonton film bersama, memenuhi udara kelas dengan suara-suara sumbang atau memilih tidur siang dengan beralaskan buku-buku tebal yang memusingkan, dan ada pula dari kita yang lebih memilih kabur ke kantin atau WC. 
Kalian juga ingat? Atau ingatkah kalian saat-saat dimana detak jantung kita lebih cepat karena memberi contekan saat tes? Hahaha, atau membuka HP untuk sekedar browsing jawaban, memberi contekan kepada teman yang duduk agak jauh dengan kita? Hahaha, itu sangat seru. Bahkan kita kadang mengerjai mahasiswa yang sedang praktek mengajar di kelas kita, bukan?


Ah, betapa aku rindu pada masa itu, kawan. Ketika bahu ini hanya terbebani ransel yang penuh dengan buku tebal dan laptop dan telinga yang hanya mendengar cerita dan tawa bukan cerita gosip yang membuat hati ngilu.

Walaupun Kedekatan Kita Pernah Berjarak, Toh Kita Selalu Pulang untuk Kembali Menjadi Akrab


Saat kecanggungan mulai pudar, kita dipisahkan dengan penjurusan dan pembagian kelas dimana membuat diantara kita berpisah. Sempat ingin bergabung lagi dengan kalian. Namun apa boleh buat. Bukankah kita harus memiliki ruang lebih agar dapat berinteraksi dengan yang lain? Berteman tak melulu harus dengan itu-itu saja, ya kan? Awalnya, kita selalu menyempatkan waktu untuk bercengkrama dan bertukar saran. Namun kelamaan, kita disibukkan dengan tugas baru, teman baru, dan suasana yang baru. Lalu satu-persatu dari kita mulai menjauh. Hanya senyuman dan teguran kecil saat melintas di depan kalian. Dalam hati, ingin sekali kembali akrab dengan kalian. Tak jarang masalah kecil membuat kita berjauhan. 
Namun, kita selalu kembali menjadi kawan dekat. Karena kita tau, kita tak sanggup berjauhan tanpa teman bicara. Tanpa rasa canggung, kita langsung saja menghampiri. Entah akan ada topik pembicaraan apa nantinya, kita tetap duduk bersama.


Meski Terlihat Tak Ada Masalah, Namun Rasa Kesal dan Lelah Pasti Pernah Menghampiri

Terkadang kalian pergi sesuka hati tanpa menghampiri atau aku yang hobi pergi sendiri, atau kalian menyukai ini sedang aku menyukai itu. Rasa kesal pastilah pernah kita rasakan. Namun tak apa. Dalam kepala kita telah tertulis bahwa memang kita teman dekat namun tak melulu harus bersama-sama kemanapun kaki melangkah. 
Terkadang beberapa rencana pergi bersama hanya menjadi wacana. Kesal rasanya mengapa tak pernah terwujud. Padahal kita telah merencanakannya dengan menggebu-gebu. Iya, kita memang sibuk. Saat duduk di kelas 12 memang banyak agenda mendadak yang menghampiri. Memaksa kita untuk meng-cancel rencana kita. Namun saat semua dirasa sempat untuk pergi bersama, kita selalu semangat mewujudkannya.


Waktu Tak Dapat Menunggu

Saat kesenangan kita rasakan bersama-sama hingga aku melupakan sesuatu. Satu tanggal dalam kalender berlalu. Beribu-ribu hari berlalu. Waktu berlalu sangat cepat hingga tak sempat menunggu. Namun saat itu tetap akan tiba. Saat dimana kita akan berpisah. Saat semua sadar, mungkin kalian juga mulai sadar bahwa kita banyak membuang-buang waktu. 
Seharusnya kita lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Seharusnya kita lebih banyak pergi bersama lalu mengambil foto bersama. Seharusnya kita lebih banyak mengolok-olok atau bahkan bertengkar. Saat semua berlalu, maukah kalian menyisakan sedikit ruang dalam memori kalian? Agar aku bisa singgah di dalamnya. Dan maukah kalian menyempatkan diri untuk melihat foto-foto lama kita? Agar kita ingat betapa cupunya kita dulu dan sekarang kita menjadi dewasa yang telah melewatkan banyak hal bersama.

Kepada X-6, 11IPS3, 12IPS3, dan SMAN 4 Kota Magelang ku

Awalnya aku mengira bahwa kita hanyalah remaja yang bersama karena ingin meraih cita-cita saja. Semakin jauh kurasakan ternyata tidak seperti itu. Aku merasa nyaman berada dekat kalian. Kita bersekolah di tempat yang sama untuk meraih masa depan. Namun tahukah kalian bahwa masa depan itulah yang akan memisahkan kita? Bahwa sekuat apapun tangan ini berpegangan, akhirnya akan kita lepas juga. Karena dari awal jalan kita berbeda. Untuk kalian semua, tetaplah ingat akan hal itu.
- Terimakasih atas 3 tahun yang berkesan ini.
- Terimakasih telah menjadi temanku.
- Terimakasih untuk tulus menemaniku.
- Terimakasih telah menerimaku apa adanya.
- Terimakasih untuk selalu menghargaiku.
- Terimakasih telah menjadikan saat biasa menjadi istimewa.
- Terimakasih karena kalian sedihku menjadi terobati.
- Terimakasih mau mendengarkanku.
- Terimakasih kalian selalu menjadi diri kalian sendiri.


Terimakasih walau berjuta kata tidak mampu mewakili segalanya. Berjanjilah padaku bahwa kalian akan tetap menjaga tali pertemanan dan persaudaraan kita. Berjanjilah hingga jantung tak lagi mampu memompa darah. Berjanjilah bahwa ini bukanlah janji yang dapat menyublim karena terpaan waktu. Aku menyayangi kalian.





Sabtu, 20 Februari 2016

Ku Tahu Kau Tidak Akan Lelah Menyayangiku, Ibu

Sejauh apapun kau di sana Ibu, aku tahu bibirmu selalu ucapkan doa untukku. Aku tahu di sana ibu berjuang demi masa depanku. Pesan yang tak pernah berhenti untukku walau hanya sekedar menanyakan apakah aku sudah makan atau belum, meski ibu sedang sibuk-sibuknya. Ibu, ditinggal lama olehmu adalah hal menyebalkan Bu. Jika aku tidak ingat untuk apa Ibu pergi, mungkin aku tak menghiraukanmu lagi.

"Habis ini gimana? Pencet apa lagi, dek?"
Yah, kata-kata yang terlontar dari Ibu saat kesulitan menggunakan ponsel. Terkadang aku menghela nafas atau aku memutar bola mataku. Tentu saja itu tidak terlihat olehmu. "Ini lho mah, terus pencet ini lagi baru deh pencet yang satu." tanpa menunjukan sifat gemas, aku mengajarimu Bu. Saat aku menunjukkan rasa gemasku, Ibu berkata "Nak, ini mama belajar biar kalo mama kerja di luar bisa smsan atau bbm adek. Mama suka khawatir adek belum makan." 
Ah Ibu, sungguh tidak mungkin aku berhenti menyayangimu.

Tatapanmu Selalu Penuh Kasih
Tatapan teduh yang selalu Ibu berikan padaku selalu memberitahuku bahwa kasihmu tak pernah padam. Sentuhan lembut penuh kasih selalu membuat anakmu ini nyaman berada di dekatmu. Aku tahu Ibu lelah dengan pekerjaan rumah yang Ibu kerjakan setiap harinya. Namun, aku heran, Bu. Sekalipun aku tak pernah melihat wajah lelah dari Ibu. Ketika aku pulang sekolah, Ibu selalu menyambutku dengan keceriaan khas yang Ibu miliki. Panggilan sayang untukku tak pernah absen terucap olehmu membuatku betah berada di rumah. Ibu selalu bisa menciptakan suasana hangat di sini. Banyak temanku senang karena keramahanmu Bu. Karena cerewet Ibu bukan cerewet yang menyebalkan. 

Biarlah orang menganggapku anak rumahan. Mereka tak tahu di sini aku memiliki segalanya, yaitu kau Ibu.
Saat Ayah Tak Kerja, Ibu Memilih untuk Menggantikannya
Dulu saat Ayah masih bekerja, Ibu terkadang juga bekerja membantu Ayah. Saat Ayah mengalami kecelakaan kecil dalam pekerjaannya, Ibulah yang selalu menasihati Ayah. Ibu pula yang selalu mengingatkan Ayah untuk selalu berhati-hati. Hingga Ayah tidak bekerja, Ibu meminta izin untuk bekerja. Karena dorongan biaya sekolahku pula membuat Ibu sering berada di luar kota. Sering aku kesepian, Bu. Pesan singkatku tak pernah absen kukirimkan untukmu. Aku tanya kapan Ibu akan pulang, meskipun sering Ibu tidak menjawabnya. Tidak apa Bu. Mungkin Ibu juga bingung bagaimana mengatakannya padaku. Aku tidak tahu Ibu bohong atau tidak saat mengatakan Ibu baik-baik saja. Tapi aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Bu. Aku percaya Ibu.

Aku Tahu Doamu Selalu Terucap Untukku, Karena Kemudahan Selalu Mengikutiku
Aku yakin suksesku ini berkat doa-doamu Ibu. Meskipun anakmu ini menjengkelkan, Ibu tak menghiraukan itu. Semangat, doa, dan apapun yang terbaik untuk kesuksesanku, aku dapatkan darimu Ibu.
Ibu, terimakasih atas segala yang Ibu berikan untukku. Aku janji akan lebih bersabar menunggu kepulangan Ibu dari bekerja. Bukannya aku tak sabar, aku hanya merindukanmu Bu. Aku tak tahu kapan Ibu akan meninggalkanku. Aku akan selalu melakukan yang terbaik untukmu.
Ibu, aku janji akan tetap menjadi putri kecil Ibu dan Ayah. 
Bu, berjanjilah juga untukku agar tetap bersabar menanti kesuksesanku. 
Aku mencintaimu Bu.


Keabsahan Alat Bukti Elektronik dalam Undang-Undang

KEABSAAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2008                                                 Oleh: M Bagus Boy Sa...